Setiap agama sudah barang tentu mengajarkan bahwa pengikut
setianya akan memperoleh pahala di akhirat. Mungkin ada satu
perkecualian yaitu agama Buddha, yang setahu saya, tidak menjanjikan
sorga tetapi bebas dari reinkarnasi kepada pengikutnya yang mampu
mengikuti teladan Gautama Buddha.
Dalam
Islam sorga digambarkan sebagai tempat yang sangat ideal – tidak panas
dan tidak dingin. Lebih dari itu sorga, yang sering disebut sebagai
‘taman’ (=’janna’) yang penuh dengan pohon buah-buahan, air mancur di
mana manusia tidak perlu bekerja, segala sesuatu disediakan dalam jumlah
yang berlimpah. Dengan kata lain, sorga digambarkan sebagai suatu
tempat ideal yang didambakan oleh bangsa yang hidup di tempat yang
kering, panas dan gersang.
Taman sorga
ini adalah pahala bagi mereka yang antara lain (1) ‘bertaubat, percaya,
melakukan yang baik dan menjadi hamba Allah’ (Surat Maryam 19:60-61),
(2) ‘bertekun mencari kebenaran Allah, selalu berdoa, berbuat amal,
mengalahkan kejahatan dengan kebaikan’ (Ar Ra’d 13:22-23), (3) mati
syahid (Al Imran 3: 157) dan (4) Seperti disampaikan oleh Abu Huraira:
Rasullallah berkata: “Orang yang mengambil bagian dalam jihad di jalan
Allah dan yang melakukannya hanya karena dia percaya Allah dan
Nabi-nabinya, akan diberi nikmat Allah: harta rampasan kalau dia hidup
atau dijinkan masuk sorga, kalau mati syahid.’ (Hadist sahih kumpulan
Bukhari Vol. 1.35), serta (5) yang dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW dan
disampaikan oleh Sahl bin Sa'd: Rasul Allah berkata: “Barang siapa yang
bersumpah kepadaku telah menjaga kesucian apa yang tedapat di antara
kakinya (yaitu alat kelamin-nya) dan apa yang terdapat di antara
rahangnya (yaitu lidahnya), aku jamin dia akan masuk sorga” (Hadist
Sahih Bukhari Vol. 8, 799) Banyak ayat yang menggambarkan keadaan di
sorga. Menurut Surat Muhammad 47: 15, misalnya kita baca: Demikianlah
sorga yang telah dijanjikan kepada orang mukmin: Di dalamnya terdapat
sungai-sungai yang airnya tak tercemarkan, dan sungai-sungai susu yang
senantiasa segar, dan sungai-sungai anggur yang lezat bagi yang
meminumnya, dan sungai-sungai madu yang cair. Di sana orang mukmin akan
dapat makan segala jenis buah-buahan, dan dosa kesalahannya akan
diampuni oleh Allah.
Di sorga Islam
suami-istri tetap hidup dalam perkawinan. Ini tentunya berbeda dari
sorga Katolik-Kristen di mana orang tidak lagi kawin (Matius 22:30),
tetapi menjadi seperti malaikat. Di sorga Islam selain dapat menikmati
segala jenis buah-buahan, kelimpahan air jernih, susu segar, minuman
anggur lezat dan madu cair, orang mukmin yang diijinkan tinggal di sorga
juga akan dikawinkan dengan tidak kurang dari 70 houri, yaitu bidadari
yang selalu tetap perawan! (Al Rahman 55: 76). Rupanya pahala terakhir
ini merupakan incentive utama bagi mereka yang melakukan bom-bunuh-diri
di berbagai tempat di dunia. Dari apa yang bisa dibaca dalam Al Qur’an
dan Ahadist, dalam sorga Islam segala kenikmatan duniawi, bahkan jauh
lebih dari apa yang bisa dibayangkan oleh manusia, tersedia bagi orang
laki-laki mukmin.
Sebaliknya sorga
Katolik-Kristen menjajikan kehidupan damai-sejahtera di mana penghuni
sorga berbahagia dapat berada di hadirat Tuhan-Allah Yang Maha Suci,
memuji dan memuliakan nama-Nya. Sementara iman-kepercayaan Kristen
menjanjikan keselamatan (‘salvation’) bagi mereka yang percaya bahwa
Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat mereka, agama Islam
mengajarkan bahwa perbuatan baik (‘amal’, ‘good deeds’) adalah kunci
yang membuka taman sorgawi
Dalam Al
Qur’an terdapat banyak ayat yang membicarakan persyaratan naik sorga
ini. Pada Hari Penghakiman (Hari Kiamat) dosa, kesalahan setiap orang
ditimbang dan dibandingkan dengan amal-kebaikan yang dia lakukan. Kalau
ternyata amal-kebaikannya lebih banyak, maka dia lolos dan dizinkan
masuk sorga. Ada dosa-dosa yang tak terampuni adalah polytheisme dan
murtad atau meninggalkan agama Islam. Sementara kejahatan seperti
merampok, memperkosa dan membunuh bisa diampuni oleh Allah SWT kalau
beliau menghendakinya.
Berlainan dengan
iman-kepercayan Kristen, umat Islam memperoleh pahala semata-mata dari
hasil usaha mereka sendiri yaitu melalui amal-kebaikan. Mereka tidak
memerlukan perantara, mereka tidak perlu dosanya ditebus karena ajaran
Islam tidak mengenal dosa asal. Dosa dan amal-kebaikan ini menurut
kepercayaan Islam ditulis oleh malaikat di dalam suatu buku neraca
sorgawi yang dibacakan pada waktu seseorang menghadap sang khalik
pencipta langit dan bumi.
Pernah saya
tanyakan kepada seorang teman yang sedang menyelesaikan S2-nya di
Universitas Al Azhar bagaimana seseorang tahu bahwa nilai amal-kebaikan
yang dia lakukan telah sama atau melebihi jumlah dosa-kesalahannya. Di
jawabnya ‘wallahualam’ - hanya Allah yang tahu. Ketidak-pastian ini
mungkin yang menyebabkan Nabi Muhammad menyatakan: “Aku bukanlah nabi
yang istimewa di antara para nabi dan rasul, aku juga tidak tahu apa
yang akan terjadi pada diriku atau yang akan terjadi pada kamu (= umat
Islam).” [Surat Al Ahqaf 46: 9]
Bagi
pengikut Yesus Kristus keselamatan atau salvation sudah tersedia bagi
semua yang benar-benar percaya akan Kristus sebagai Juruselamatnya.
Yesus telah menebus dosa kita, orang percaya, dengan harga yang sangat
tinggi yaitu kematiannya di atas kayu salib. Namun, hal tersebut juga
harus diikuti dengan mengikuti ajaran dan teladanNya dalam hidup
kesehari-hari.
Matius 7: 21. [Yesus
berkata:] "Tidak semua orang yang berseru kepada-ku, 'Tuhan, Tuhan,'
akan masuk Kerajaan Sorga, melainkan hanya dia yang melakukan kehendak
Bapa-ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang berseru
kepada-ku, 'Tuhan, Tuhan, tidakkah kami bernubuat demi nama-Mu dan kami
telah mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi
nama-Mu juga?’ Pada waktu itulah aku akan berterus terang kepada mereka
dan berkata: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-ku,
kamu sekalian pembuat kejahatan!’

kira-kira apa yang terjadi???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar