Senin, 03 Februari 2014

Sejarah Perjuangan dan Pendidikan Kuala Tungkal


Karya Tulis Ilmiah
Sejarah Perjuangan dan Pendidikan Islam Kuala Tungkal


Di susun oleh :

Nama                  : M. Fajar
Kelas/semester  : PAI C/I
NIM                     : 13.25.1719


Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nadwah
(STAI An-Nadwah)
Kuala Tungkal

Abstrak

Dengan majunya suatu daerah tentu tidak lepas dari sejarah. Karena dengan mempelajari sejarah kita dapat mengetahui perkembangan pada saat itu. Sejarah juga menjadi pedoman ilmu yang berkembang untuk masa depan nanti. Disini saya sebagai penulis akan membahas tentang sejarah daerah tempat tinggal saya yang berjudul “Sejarah Perjuangan dan Pendidikan Islam Kuala Tungkal” saya ingin mengangkat kembali sejarah kuala tungkal melalui tulisan ini.


Kata Pengntar

            Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang mana telah memberi saya karunia dan hidayah sampai sekarang. Dan tak lupa shalawat beiring salam saya haturkan kepada junjung kita nabi Muhammad Saw. Karena berkat beliau saya bisa merasakan nikmatnya ilmu pengetahuan yang saya rasa sekarang, sehingga saya bisa menulis karya ilmiah ini dengan judul “Sejarah Perjuangan dan Pendidikan Islam Kuala Tungkal” dan tak lepas juga do’a serta dukungan dari kedua orangtua saya. Yang tak henti-hentinya terus mendukung saya dalam berkarya. Restu kalian menyertai perjalananku.
            Semoga dengan penulisan karya ilmiah yang saya sampaikan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan ilmu pengetahuan yang baru.
            Akhir kata saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terkait dan saya harap pemaparan yang saya sampaikan ini melalui tulisan dapat membantu saudara/saudari dan menambah wawasan mengenai “Sejarah Perjuangan dan Pendidikan Islam Kuala Tungkal”.

Kuala Tungkal  Februari 2013

Penulis




BAB I

Pendahuluan

A.   Latar belakang

Mengenai sejarah berarti kita mempelajari masa lampau. Sejarah perjuangan dan pendidikan tentunya hasil jerih payah para pahlawan yang telah berjuang pada saat itu untuk mempertahankan daerah kuala tungkal khususnya. Dan awal dari pendidikan di Kuala Tungkal bermula dari syiar-syiar islam melalui pengajian yang tersebar diberbagai tempat di Kuala Tungkal. Dan pada masa itu perjuangan pahlawan sangat lah berat hingga harus mempertaruhkan nyawanya. Untuk pendidikan nya sendiri sangat sulit diperoleh karena terbatasnya guru. Lalu kemudian para ulama bersepakat untuk membuat lembaga pendidikan. Pada awalnya pendidikan di kuala tungkal berupa pondok pesantren dan pengajian-pengajian. Dan adanya lembaga pendidikan di Kuala tungkal bermunculan lah guru-guru, pendidik yang berasal dari daerah kuala tungkal itu sendiri.

B.   Rumusan Masalah

a.       Kapan perjuangan dan pendidikan di Kuala Tungkal dimulai ?
b.      Bagaimana keadaan pendidikan di Kuala Tungkal pada saat itu ?
c.       Apa landasan masyarakat membentuk lembaga pendidikan Islam di Kuala Tungkal ?

C.   Tujuan Penulisan

Memberikan informasi kepada masyarakat yang mungkin sudah kita lupakan, tentang “Sejarah Perjuangan dan Pendidikan Islam Kuala Tungkal” dan menggali sejarah kuala tungkal untuk pedoman ilmu pendidikan sekarang.


BAB II

Pembahasan

A.   Sejarah Perjuangan kota Kuala Tungkal

Memasuki abad ke-18 atau sekitar tahun1841-1855 tungkal dikuasai dan dibawah pemerintahan Kesultanan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin. Pada saat itu pemerintah Kesultanan Jambi Mengirim pangeran yang bernama Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal Yaitu Tungkal Ulu sekarang kedatangannya disambut baik oleh orang kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah.
            Sedangkan sebelum abad ke-17 ditanah tungkal ini sudah berpenghuni seperti merlung, Tanjung Paku, Suban yang dipimpin oleh seorang Damong. Jauh sebelum datangnya rombongan 199 dari Pariang Padang Panjang yang dipimpin Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja Johor.
            Pada tahun 1901 kerajaan jambi takluk keseluruhannya kepada pemerintah belanda termasuk tanah tungkal khusunya di Tungkal Ulu yang konteleir yang jendralnya berkedudukan di Pematang Pauh. Sehingga pecahlah peperangan antara Tungkal Ulu dengan Merlung melawan belanda. Karena mendapatkan perlawanan yang cukup berat, pemerintah Belanda hengkang dan mengundurkan diri dari wilayah itu. Peperangan itu dipimpin oleh Raden Usman anak dari Badik Uzman. Raden Usman kemudian wafat dan dimakamkan di pelabuhan dagang.
            Selanjutnya muncullah pemerintah kerajan Lubuk Petai yang dipimpin oleh orang kayo Lubuk Petai kemudian membentuk pemerintahan baru. Pada waktu itu dibentuklah oleh H.Muhammad Dahlan orang kayo yang pertama dalam penyusunan pemerintahan yang baru. Orang kayo pertama ini pada waktu itu masih diintip dan diserang rombongan dari Jambi. Ia diserang dan ditembak dirumahnya lalu patah. Maka bernamalah pemerintahan itu dengan nama pemerintahan Pesirah Patah sampai zaman kemerdekaan. Adapun Dusun-dusun pada pemerintahan Pesirah Patah dan asal mula namanya adalah.
  • Dusun Lubuk Kambing tadinya berasal dari Benaluh dan Lingkis
  • Dusun Sungai Rotan tadinya berasal dari Dusun Timong dalam
  • Dusun Renatu Benar tadinya berasal dari Riak Runai dan Air dan Air Talun
  • Dusun Pulau Rauh tadinya berasal dari Kampung Jelmu Pulau Embacang
  • Dusun Penyambungan dan Lubuk Terap tadinya berasal dari Suku Teberau
  • Dusun Merlung tadinya berasal dari Suku Pulau Ringan yang dibagi lagi menjadi beberapa suku yaitu; Suku Pulau Ringan, Ebon Tengah, Langkat, Aur Duri, Kuburan Panjang, Gemuruh, dan Teluk yang tunduk dengan Demong.
  • Dusun Tanjung Paku tadinya berasal dari Tangga Larik
  • Dusun Kuala Dasal yang pada waktu itu belum lahir adalah dusun Pecang Belango.
  • Dusun Badang tadinya berasal dari Badang Lepang di dalam.
  • Dusun Tanjung Tayas tadinya berasal dari Bumbung.
  • Dusun Pematang Pauh.
  • Dusun Batu Ampar yang sekarang menjadi Pelabuhan Dagang.
  • Dusun Taman Raja tadinya bernama Pekan atau pasar dari kerajaan Lubuk Petai. Kemudian disebut Taman Raja karena dulunya merupakan tempat pertemuan dan musyawarah raja Lubuk Petai dan raja Gagak.
  • Dusun Suban tadinya berasal dari Suban Dalam.
  • Dusun Lubuk Bernai tadinya Tanjung Getting dan Lubuk Lawas.
  • Dusun Kampung Baru.
  • Dusun Tanjung Bojo.
  • Dusun Kebun.
  • Dusun Tebing Tinggi.
  • Dusun Teluk Ketapang.
  • Dusun Senyerang.
Berbicara sejarah perjuangan Kuala Tungkal tidak lepas juga dari sejarah-sejarah yang ada di Kuala Tungkal tersebut. Karena Sebagian besar mayoritas masyarakat Kuala Tungkal adalah orang muslim. Maka saya sedikit memaparkan tentang sejarah mesjid Agung kuala tungkal setelah memparkan sejarah singkat perjuangan masyarakat Kuala Tungkal. Mesjid agung Al-Istiqomah merupakan mesjid tertua di Tanjung Jabung Barat. Sejarah perkembangan Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal tidak terlepas dari sejarah perkembangan pemerintahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Menurut sejarah pemerintahan zaman dahulu, perkembangan masjid itu tidak terlepas dengan tiga hal yaitu, pemerintahan, pendidikan, dan masjid.
Pada waktu itu daerah ini, bahkan seluruh daerah Pantai Timur Provinsi Jambi dihuni oleh suku Laut yang masih beragam Animisme dan sedkit sekali suku Melayu yang beragama Islam, namun baru nama, belum amaliyahnya. Sebab belum adanya sarana ibadah, guru agama dan da’i. Kekosongan dapat di isi oleh suku Banjar yang diantaranya terdapat guru-guru agama.
Sejak itulah bermunculan rumah ibadah dan madrasah dengan bentuk yang sangat darurat dan sederhana sekali. Di Kuala Tungkal berdiri satu masjid dan madrasah pertama kali didirikan di Parit III Kelurahan Tungkal II Kecamatan Tungkal Ilir,  untuk shalat jama’ah dan jumat. Kemudian menyusul di Parit II Tungkal IV di dirikan sebuah Surau oleh suku Melayu. Namun beberapa tahun berjalan  timbullah perpecahan antara suku Banjar dan Melayu. Suku Banjar mengelola Masjid di Parit III dan suku Melayu mengelola Surau di Parit II. Perpecahan ini disebabkan oleh masalah khilafiyahan/furu’iyah, perpecahan ini menguntungkan Pemerintahan Hindia Belanda pada waktu itu.
Untuk menghindari perpecahan tersebut, maka tokoh ulama’ dan tua tengganai kedua belah pihak mengadakan musyawara. Dicapailah mufakat bahwa akan dibangun sebuah masjid besar yang terletak di antara kedua masjid tersebut sedangkan kedua masjd tersebut diturunkan fungsinya menjdi surau.
Pada tahun 1940 tepatnya dibangunlah masjid besar tersebut diatas tanah wakaf dari H. Badaruddin seluas + 107,7 M x 47,7 M namun pemancangan tiang pertamanya baru dilaksanakan pada zaman Pemerintahan Jepang pada tahun 1943 dengan bangunan berukuran 25 x 25 M pondasi tanah, tiang kayu dan besi, dinding papan kapur, atap tingkat pertama genteng dan tingkat kedua atap sirap, kubah serta mirhab beratap seng.
Masjid Agung Sebagai Pusat Penyiaran Agama Islam Karena lokasinya berdampingan dengan madrasah Al-Hidayatul Islamiyah yang di dirikan oleh KH. M. Daud Arif pada tahun yang hampir bersamaan dan pengelolaannya pun orang yang sama. Maka masjid ini merupakan pusat penyiaran agama Islam di Kuala Tungkal antara lain,  Mengadakan pengajian Ilmu-ilmu agama, Tauhid, Fiqh, Tasauf, tafsir, dan Hadits serta Qira’atul Qur’an  secara terjadwal.
Mengadakan ceramah-ceramah agama ketempat-tempat lain, rumah-rumah penduduk dan lainnya. Selain itu juga masjid ini juga Sebagai Markas Pejuang Kemerdekaan.Masjid Agung juga difungsikan sebagai markas kegiatan gerakan Kemerdekan RI membentuk barisan Hisbullah dan Selempang Merah untuk Pemuda dan mengelorakan kemerdekaan bangsa.
Sehingga di kalangan jama’ahnya banyak yang menjadi pemimpin dan anggota Barisan Selempang Merah dan banyak yang gugur dalam perang kemerdekaan RI. Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal dalam sejarah perkembangannya sudah mengalami renovasi atau perbaikan fisik bangunan di berbagai bagiannya yaitu mulai serambi, tempat wudhu, toilet, kantor, ruang perpustakaan, ruang rapat dan ruangan kantor MUI,  kantor petugas dan pagar.
Renovasi serambi kanan dan serambi kiri Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal tersebut diselesaikan atau dibangun pada tahun 2002 M, dengan dana dari swadaya dan APBD Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar Rp. 497.071.000,- (empat ratus sembilan puluh tujuh juta tujuh puluh satu ribu rupiah) termasuk renovasi tempat wudhu dan toilet.
Sampai sekarang Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal terdiri dari ruang tempat shalat bagian dalam dan luar, serambi kanan, serambi kiri, dan serambi depan, serta bangunan penunjang lainnya. Selain itu terdapat style Arab pada beberapa kaligrafi dan mihrob yang berbentuk lengkung. Seperti halnya masjid-masjid tua yang lain Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal tidak terlepas dengan keberadaan menara. Sampai sekarang Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal memiliki satu menara yang digunakan sebagai tempat untuk tempat pengeras suara dan pemancar Radio.

B.   Sejarah Pendidikan Islam di Kuala Tungkal

Pada awalnya Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua yang ada di Indonesia yang mewarisi tradisi intelektual islam tradisional. Sebagai pewaris, sudah tentu tradisi pesantren memuat aspek kesinambungan dan perkembangan, minimal dari tradisi sebelumnya mewariskan. Bak air curug, tradisi terus mengalir dan berkembang sesuai dengan konteks yang menyertainya. Disinilah ditemukan signifikasi penelusuran dalam kesinambungan dan perkembangan dalam paparan sejarah.
Mungkin banyak orang lupa atau belum mengetahui kiprah PP PHI itu sebenarnya ? untuk menjawab pertanyaan tersebut, menarik tentunya meneliti kembali sejarahnya dengan sebuah pemikiran. Mungkin sejarah PP PHI ini akan mengalami kesimpangsiuran. Memang sangat jarang sekali dilakukan penelitian terhadap lembaga pendidikan ini, hampir tidak terjangkau, hanya sedikit sekali literatur yang saya temui, itupun belum sesuai dengan porsinya.
Tidak banyak literatur yang saya temukan dalam sejarah pendidikan islam di jambi khususnya dan sejarah pendidikan islam di Indonesia umumnya, atau penelitian-penelitian dari perorangan dan intansi pendidikan. Sungguh ironis, begitu jarang peneliti menuangkan waktu yang cukup untuk menelitinya, dan sungguh sangat miris, PP PHI yang telah didirikan oleh K.H. M. Daud Arif atau dikenal dengan “Guru Daud” yang bertindak sebagai “Founding Father” MHI pada tahu 1936 silam, yang berumur setua ini, sudah terlalu banyak jumlah alumninya yang tersebar ke berbagai penjuru, kurang diketahui keberadaannya, karena tidak terjamahnya penelitian secara komprehensif.
Kalau kita bicara tentang sejarah bediri dan perkembangan PP PHI, awalnya biasa-biasa saja, selanjutnya luar biasa, tampaknya kata-kata itulah yang patut dilontarkan PP PHI, dan langsung berbesitlah dipikiran yang tidak asing lagi ditelinga dan benak masyarakat kota kuala tungkal khususnya. Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan provinsi Jambi umunya bahwa PP PHI adalah salah satu Pondok Pesantren tertua di Tanjung Jabung Barat. Dan salah satu Pondok pesantren tertua di Provinsi Jambi. Sekalipun demikian perhatian para peneliti terhadap PP PHI berlumlah begitu lama dimulai.
Sejak pendirian PP PHI ini, memulai pendidikannya dengan sangat sederhana yang mana didalamnya mengajarkan agama islam dengan menggunakan kitab suci al-qur’an dan kitab-kitab yang memuat ilmu agama, mengajarkan ibadah dan amal saleh, telah mengalami perubahan dari dalam dan selanjutnya dikenal sebagai lembaga pendidikan islam dengan ciri khas Indonesia.
Sebagai sebuah pondok pesantren, tentunya PP PHI sendiri tentunya tidak terlepas dari kontinuitas sejarah yang seharusnya dapat difahami dan diketahui oleh generasi sesudahnya. Dengan melihat sejarah masa lampau tersebut, dapat diambil pedoman apakah lembaga pendidikan tersebut telah melangkah maju dari masa dahulu ataukah semakin mundur. Meneliti pendidikan islam di Kuala Tungkal, tentunya tidak terlepas dari peranan PP PHI, baik dari pendidikan maupun usaha perjuangannya. Melihat kenyataan bahwa betapa Kuala Tungkal yang mana mayoritas masyarakatnya Muslim telah berjuang dengan tulus dan ikhlas mengabdikan diri untuk kepentingan agama disamping mengadakan perlawan militer demi mempertahankan bangsa dan Negara.
Suatu realita yang tak terbantahkan lagi, bahwa PP PHI adalah suatu pendidikan islam tradisional yang kemudian tampil dan berperan sebagai pusat pendidikan, perjuangan dan penyebaran agama islam bagi pemeluknya secara terarah sejak berdirinya yang mengalami pasang surut mulai dari penjajahan belanda, jepang, revolusi kemerdekaan hingga zaman modern saat ini. Begitu sukar mempertahankannya karena mengalami masa begitu pelik.
Tidak diragukan lagi, agama islam merupakan kontributor perkembangan nasionalisme di Kuala tungkal. Dapat dikatakan islam dan nasionalisme di Kuala Tungkal merupakan satu kesatuan yang erat saling mengisi. Islam sebagian besar agama yang dianut masyarakat Kuala Tungkal sangat berperan sebagai pendorong tumbuhnya pendidikan islam dan pergerakan-pergerakan nasional di daerah ini, oleh karena itu mudah tumbuh dan berkembang karena banyaknya anggota atau pengikutnya.
PP PHI sejak zaman pra kemerdekaan sampai sekarang ini, sudah banyak amal baktinya kepada Nusa dan bangsa, Negara dan agama yang mengisi perjuangan melalui berbagai aspek, selalu diikuti dengan ketekunan dan ketabahan, sehingga segala perjuangan dan dedikasinya bisa didayagunakan oleh masyarakat banyak. Kalau pada massa penjajahan Belanda masyarakat membangun madrasah untuk menyaingi sekolah Belanda. Maka pada zaman kemerdekaan sekolah-sekolah swasta tersebut justru menunjang sekolah-sekolah yang diselenggarakan pemerintah.
Dalam perkembangan selanjutnya, karena dipengaruhi perkembangan pendidikan dan tuntunan dinamika masyarakat, maka PP PHI-pun menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah formal dan kegiatan lain yang bertujuan untuk pemberdayaan potensi masyarakat yang bukan hanya disekitar Kuala Tungkal dan Tanjung Jabung Barat semata-mata. Tetapi masyarakat diluar daerah.
Institusi ini mengambil peran yang sangat strategis di era sekarang ini sebagai tempat untuk mencetak santri yang mampu memahami ”kitab kuning” atau kitab salaf. Disebut demikian karena pada umumnya kitab-kitab tersebut dicetak di atas kertas berwarna kuning, atau “kitab gundul” karena kebanyakan tulisannya tidak berbaris (harakat atau syakal), atau disebut juga dengan “kitab kuno” karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dan panjang masa penyusunannya hingga sekarang. Selain itu pula untuk mengantarkan para santrinya memiliki keahlian yang tinggi dalam memahami substansi ilmu-ilmu agama dalam khazanah klasik itu. Selain itu juga diharapkan mampu memahami ”kitab putih”.
PP PHI merupakan Pondok Pesantren Type D yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan sistem pondok pesantren dan sekaligus sistem sekolah atau madrasah. Walaupun disebut sebagai pesantren kecil yang santrinya hampir/kurang dari 1000 orang dan hanya berpengaruh pada tingkat kabupaten, akan tetapi PP PHI mampu memberikan out-put yang mampu bersaing, dan mengeluarkan abituren madrasah yang berhasil menjadi orang yang menonjol atau menjadi tokoh di tengah masyarakat, sehigga menimbulkan kesan baik terhadap pendidikan madrasah.
Sudah berdekade lamanya, dari ”perut” PP PHI inilah banyak lahir tokoh-tokoh, yang memainkan peranan penting dalam khazanah intelektual keislaman masyarakat Tanjung Jabung Barat mulai dari ulama tradisonal dan ulama modern. Terdapat bukti-bukti sejarah bahwa tidak sedikit putra terbaik Tanjung Jabung yang ditempa dari pesantren. Sebenarnya sejarah tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk diuraikan. PP PHI adalah cikal bakal banyaknya berdiri pondok pesantren dan madrasah-madrasah Islam di Tanjung Jabung. Hal ini disebabkan karena para kiyai dan ustaz pendirinya tersebut berasal dari PP PHI yang tampil sebagai lokomotif pertautan keislaman.
Sebutlah misalnya, KH. M. Ali Wahab (pendiri Pondok Pesantren al-Bâqiyât ash-Sholihat parit gompong Kuala Tungkal), KH. Iskandar Akbar (alm) (pendiri Pondok Pesantren as-Sa'adah al-Abadiyyah Parit II Kuala Tungkal), yang mana kedua pondok pesantren inilah yang pastinya membawa perubahan yang selanjutnya mewarnai perkembangan pendidikan Islam Kuala Tungkal, dan pondok pesantren lainnya, yang tentunya bersama dengan PP PHI sebagai pondok pesantren induk. Selain kedua pondok pesantren tersebut, tidak bisa dikesampingkan bagaima juga peranan madrasah-madrasah dari cabang PP PHI itu sendiri, terlebih lagi madrasah-madrasah yang didirikan oleh alumni PP PHI. Selain itu juga sederetan kiyai-kiyai lainnya yang duduk di kursi legislatif, seperti KH. Abdullah Wahab dan KH. Ahmad Hijazi.
Selain itu juga mampu memberikan out-put yang mampu bersaing menembus “pasar” internasional, nasional dan regional. Sebut saja di antara mereka: H. M. Yamin, SH (Wakil Bupati Kabupaten Tanjung Jabung Barat-Kuala Tungkal 2006-2011), H. A. Haris, P.hd (alm) (alumnus Temple University, Philadelphia, USA, ”Dosen Terbang” berkaliber internasiona,l Direktur Pasca Sarjana IAIN STS Jambi ------- ), Prof. DR. H. Ahmad Syukri, MA, (alumnus Institute of Islamic Studies McGill University Montreal Canada, Direktur Pasca Sarjana IAIN STS Jambi 2009-2013), Mukhlash Abrar, S.S (alumnus IAIN STS Jambi, Dosen UNJA), dan H. Aulia Rahman (Hadramaut; Timur Tengah) dan H. M. Zohiruddin, S.S (alumnus dan dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juara I MTQ Nasional bidang khat (kaligrafi) yang “bermain” di kancah nasional).
Banyak lagi nama-nama alumni dengan sederet prestasi lain yang banyak dan sukar untuk diungkapkan karena terlalu banyak dan membutuhkan catatan yang cukup panjang untuk menguraikan semua. Disini tidak akan dijabarkan berapa banyak prestasi gemilang yang dicapai PP PHI, terlalu banyak jasanya dalam pembangunan Tanjung Jabung ini.
Sangat banyak ungkapan-ungkapan sejarah dari mulut ke mulut yang membicarakan tentang keikutsertaan PP PHI dalam usaha meninggikan posisi pendidikan Islam Kuala Tungkal dengan menghadapi berbagai macam tantangan yang begitu hebatnya meminta korban nyawa pelajar yang tergabung dalam PP PHI. Hal tersebut tetap saja dihadapi dengan ketabahan dan tekad bulat menegakkan kebenaran yang hakiki.
Akan tetapi sampai kini, masih sangat sedikit perhatian yang dicurahkan generasi sekarang untuk mengupas tuntas perihal kontribusi PP PHI dalam perkembangan pemikiran Islam Tanjung Jabung. Jadinya, diskursus intelektual pesantren ibarat garapan yang terlantar. Pemerintah Daerah harus mengerti persoalan ini dan selayaknyalah sudah memperhatikannya dengan memberikan reward atau bantuan yang dapat meningkatkan tarap PP PHI.
Karena begitu minimnya perhatian apalagi penelitian tentang bagaimana kisah PP PHI, melalui perjalanan panjang, yang pernah berkecimpung bidang militer dalam perlawanan melawan penjajahan pada awal mula berdirinya, sepak tejang para pendiri, tenaga pengajar (kiyai/ustaz), pelajar beserta orang tua mereka dalam mempertahankan lembaga pendidikan PP PHI itu sendiri. Sebenarnya umat Islam di Kuala Tungkal tanpa terkecuali PP PHI telah banyak turut handil untuk kepentingan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini ditandai dengan perlawanan-perlawanan umat Islam yang tergabung dalam PP PHI yang tegas-tegas menentang penjajah. Selain itu, beberapa di antara komponen MHI ikut berperan dalam partai politik, seperti Masjumi (Majlis Syuro Muslim Indonesia) pada tahun 1947, yaitu organisasi pederatif sebagai pengganti MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia) bentukan Jepang, sedangkan yang lainnya aktif dalam organisasi sosial Islam lainnya.
Sebenarnya sangat banyak peristiwa sejarah, sebagian besar adalah peristiwa lokal yang sebetulnya sangat bermakna tidak terungkap secara jelas atau tidak mendapatkan porsi yang selayaknya dalam sejarah nasional. Sementara itu ada peristiwa lokal di daerah tertentu yang terasa ditonjolkan sehingga terlihat dominan dalam buku sejarah perjalanan bangsa, terutama peristiwa sejarah yang terjadi di kota Jambi, sehingga seolah-olah Kota Jambilah yang mempunyai peranan penting dalam panggung sejarah Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan madrasah atau pondok pesantren di provinsi Jambi. Padahal, sejarah pendidikan daerah Kuala Tungkal itu sendiri tidak terlepas pada masa perang kemerdekaan 1945-1949 penuh dengan peristiwa heroik dalam mengusir penjajah Belanda yang kandungan nilainya tidak kalah dengan peristiwa yang terjadi di daerah lainnya di Indonesia.
Banyak hal yang membuat penulis tergugah untuk membukukan sejarah PP PHI ini. Memang bibir terasa kelu untuk membicarakannya, lidah terasa bisu untuk mengungkapkannnya, hati terasa lesu untuk menyampaiknnya, tangan terasa kaku untuk menuliskannya. Setelah berapa tahun lamanya sejak penulis hampir menjadi alumni MA PHI (pertengahan tahun 2001), setelah mengalami persoalan yang merintangi, membuka hijab pikiran yang berkecamuk yang telah lama tertutup rapat, maka tergetuklah hati penulis untuk segera menyelesaikan penulisannya. Kemudian dilanjutkan (awal tahun 2009) walaupun ada ketakutan banyaknya kesalahan dalam penulisan ini, tetapi penulis mencoba memberikan yang terbaik. Latar belakang Itulah kiranya yang memunculkan inspirasi mengapa penulis mengusahakan disusunnya buku ini karena bertalian erat dengan sejarah pendidikan Islam Tanjung Jabung umumnya dan Kuala Tungkal khususnya. Itulah mengapa, begitu disayangkan sekali, apabila ditinggalkan walau sedikitpun tentang kisahnya.


BAB III

Penutup

A.   Kesimpulan

Memasuki abad ke-18 atau sekitar tahun1841-1855 tungkal dikuasai dan dibawah pemerintahanKesultanan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin. Pada saat itu pemerintah Kesultan Jambi Mengirim pangeran yang bernama Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal Yaitu Tungkal Ulu sekarang kedatangannya disambut baik oleh orang kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah. Sedangkan sebelum abad ke-17 ditanah tungkal ini sudah berpenghuni sperti merlung, Tanjung Paku, Suban yang dipimpin oleh seorang Damong. Jauh sebelum datangnya rombongan 199 dari Pariang Padang Panjang yang dipimpin Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja Johor. Pada awalnya Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua yang ada di Indonesia yang mewarisi tradisi intelektual islam tradisional. Sebagai pewaris, sudah tentu tradisi pesantren memuat aspek kesinambungan dan perkembangan, minimal dari tradisi sebelumnya mewariskan. Bak air curug, tradisi terus mengalir dan berkembang sesuai dengan konteks yang menyertainya. Disinilah ditemukan signifikasi penelusuran dalam kesinambungan dan perkembangan dalam paparan sejarah. Tidak banyak literatur yang saya temukan dalam sejarah pendidikan islam di jambi khususnya dan sejarah pendidikan islam di Indonesia umumnya, atau penelitian-penelitian dari perorangan dan intansi pendidikan. Sungguh ironis, begitu jarang peneliti menuangkan waktu yang cukup untuk menelitinya, dan sungguh sangat miris, PP PHI yang telah didirikan oleh K.H. M. Daud Arif atau dikenal dengan “Guru Daud” yang bertindak sebagai “Founding Father” MHI pada tahu 1936 silam, yang berumur setua ini, sudah terlalu banyak jumlah alumninya yang tersebar ke berbagai penjuru, kurang diketahui keberadaannya, karena tidak terjamahnya penelitian secara komprehensif.

B.   Kritik dan saran

Dalam penulisan karya ilmiah yang saya paparkan tidaklah luput dari ketidaksempurnaan. Saya harapkan dari pembaca untuk memberikan kritik dan saran guna untuk menyempurnakan karya ilmiah saya selanjutnya.


Daftar pustaka

Abdulhak, I. (2000). Pelaksana Inovasi Pendidikan. Dalam Ishak Abdulhak, Pengantar Pendidikan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar