Karya Tulis Ilmiah
Sejarah Perjuangan dan Pendidikan
Islam Kuala Tungkal
Di susun oleh :
Nama : M. Fajar
Kelas/semester : PAI C/I
NIM :
13.25.1719
Sekolah Tinggi Agama Islam
An-Nadwah
(STAI An-Nadwah)
Kuala Tungkal
Abstrak
Dengan
majunya suatu daerah tentu tidak lepas dari sejarah. Karena dengan mempelajari
sejarah kita dapat mengetahui perkembangan pada saat itu. Sejarah juga menjadi
pedoman ilmu yang berkembang untuk masa depan nanti. Disini saya sebagai
penulis akan membahas tentang sejarah daerah tempat tinggal saya yang berjudul “Sejarah Perjuangan dan Pendidikan Islam Kuala
Tungkal” saya ingin mengangkat kembali sejarah kuala tungkal melalui
tulisan ini.
Kata Pengntar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
tuhan yang maha esa yang mana telah memberi saya karunia dan hidayah sampai
sekarang. Dan tak lupa shalawat beiring salam saya haturkan kepada junjung kita
nabi Muhammad Saw. Karena berkat beliau saya bisa merasakan nikmatnya ilmu
pengetahuan yang saya rasa sekarang, sehingga saya bisa menulis karya ilmiah
ini dengan judul “Sejarah Perjuangan dan Pendidikan Islam Kuala Tungkal” dan
tak lepas juga do’a serta dukungan dari kedua orangtua saya. Yang tak
henti-hentinya terus mendukung saya dalam berkarya. Restu kalian menyertai
perjalananku.
Semoga dengan penulisan karya ilmiah
yang saya sampaikan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan ilmu
pengetahuan yang baru.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang terkait dan saya harap pemaparan yang saya sampaikan
ini melalui tulisan dapat membantu saudara/saudari dan menambah wawasan
mengenai “Sejarah Perjuangan dan
Pendidikan Islam Kuala Tungkal”.
Kuala
Tungkal Februari 2013
Penulis
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Mengenai
sejarah berarti kita mempelajari masa lampau. Sejarah perjuangan dan pendidikan
tentunya hasil jerih payah para pahlawan yang telah berjuang pada saat itu
untuk mempertahankan daerah kuala tungkal khususnya. Dan awal dari pendidikan
di Kuala Tungkal bermula dari syiar-syiar islam melalui pengajian yang tersebar
diberbagai tempat di Kuala Tungkal. Dan pada masa itu perjuangan pahlawan
sangat lah berat hingga harus mempertaruhkan nyawanya. Untuk pendidikan nya
sendiri sangat sulit diperoleh karena terbatasnya guru. Lalu kemudian para
ulama bersepakat untuk membuat lembaga pendidikan. Pada awalnya pendidikan di kuala
tungkal berupa pondok pesantren dan pengajian-pengajian. Dan adanya lembaga
pendidikan di Kuala tungkal bermunculan lah guru-guru, pendidik yang berasal
dari daerah kuala tungkal itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
a. Kapan
perjuangan dan pendidikan di Kuala Tungkal dimulai ?
b. Bagaimana
keadaan pendidikan di Kuala Tungkal pada saat itu ?
c. Apa
landasan masyarakat membentuk lembaga pendidikan Islam di Kuala Tungkal ?
C. Tujuan Penulisan
Memberikan
informasi kepada masyarakat yang mungkin sudah kita lupakan, tentang “Sejarah
Perjuangan dan Pendidikan Islam Kuala Tungkal” dan menggali sejarah kuala tungkal
untuk pedoman ilmu pendidikan sekarang.
BAB II
Pembahasan
A. Sejarah Perjuangan kota Kuala Tungkal
Memasuki
abad ke-18 atau sekitar tahun1841-1855 tungkal dikuasai dan dibawah
pemerintahan Kesultanan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin. Pada saat
itu pemerintah Kesultanan Jambi Mengirim pangeran yang bernama Pangeran Badik
Uzaman ke Tungkal Yaitu Tungkal Ulu sekarang kedatangannya disambut baik oleh
orang kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah.
Sedangkan sebelum abad ke-17 ditanah
tungkal ini sudah berpenghuni seperti merlung, Tanjung Paku, Suban yang
dipimpin oleh seorang Damong. Jauh sebelum datangnya rombongan 199 dari Pariang
Padang Panjang yang dipimpin Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja
Johor.
Pada tahun 1901 kerajaan jambi
takluk keseluruhannya kepada pemerintah belanda termasuk tanah tungkal khusunya
di Tungkal Ulu yang konteleir yang jendralnya berkedudukan di Pematang Pauh.
Sehingga pecahlah peperangan antara Tungkal Ulu dengan Merlung melawan belanda.
Karena mendapatkan perlawanan yang cukup berat, pemerintah Belanda hengkang dan
mengundurkan diri dari wilayah itu. Peperangan itu dipimpin oleh Raden Usman
anak dari Badik Uzman. Raden Usman kemudian wafat dan dimakamkan di pelabuhan
dagang.
Selanjutnya muncullah pemerintah
kerajan Lubuk Petai yang dipimpin oleh orang kayo Lubuk Petai kemudian
membentuk pemerintahan baru. Pada waktu itu dibentuklah oleh H.Muhammad Dahlan
orang kayo yang pertama dalam penyusunan pemerintahan yang baru. Orang kayo
pertama ini pada waktu itu masih diintip dan diserang rombongan dari Jambi. Ia
diserang dan ditembak dirumahnya lalu patah. Maka bernamalah pemerintahan itu
dengan nama pemerintahan Pesirah Patah sampai zaman kemerdekaan. Adapun
Dusun-dusun pada pemerintahan Pesirah Patah dan asal mula namanya adalah.
- Dusun Lubuk Kambing tadinya berasal dari Benaluh dan Lingkis
- Dusun Sungai Rotan tadinya berasal dari Dusun Timong dalam
- Dusun Renatu Benar tadinya berasal dari Riak Runai dan Air dan Air Talun
- Dusun Pulau Rauh tadinya berasal dari Kampung Jelmu Pulau Embacang
- Dusun Penyambungan dan Lubuk Terap tadinya berasal dari Suku Teberau
- Dusun Merlung tadinya berasal dari Suku Pulau Ringan yang dibagi lagi menjadi beberapa suku yaitu; Suku Pulau Ringan, Ebon Tengah, Langkat, Aur Duri, Kuburan Panjang, Gemuruh, dan Teluk yang tunduk dengan Demong.
- Dusun Tanjung Paku tadinya berasal dari Tangga Larik
- Dusun Kuala Dasal yang pada waktu itu belum lahir adalah dusun Pecang Belango.
- Dusun Badang tadinya berasal dari Badang Lepang di dalam.
- Dusun Tanjung Tayas tadinya berasal dari Bumbung.
- Dusun Pematang Pauh.
- Dusun Batu Ampar yang sekarang menjadi Pelabuhan Dagang.
- Dusun Taman Raja tadinya bernama Pekan atau pasar dari kerajaan Lubuk Petai. Kemudian disebut Taman Raja karena dulunya merupakan tempat pertemuan dan musyawarah raja Lubuk Petai dan raja Gagak.
- Dusun Suban tadinya berasal dari Suban Dalam.
- Dusun Lubuk Bernai tadinya Tanjung Getting dan Lubuk Lawas.
- Dusun Kampung Baru.
- Dusun Tanjung Bojo.
- Dusun Kebun.
- Dusun Tebing Tinggi.
- Dusun Teluk Ketapang.
- Dusun Senyerang.
Berbicara sejarah perjuangan Kuala Tungkal tidak lepas juga
dari sejarah-sejarah yang ada di Kuala Tungkal tersebut. Karena Sebagian besar
mayoritas masyarakat Kuala Tungkal adalah orang muslim. Maka saya sedikit
memaparkan tentang sejarah mesjid Agung kuala tungkal setelah memparkan sejarah
singkat perjuangan masyarakat Kuala Tungkal. Mesjid agung Al-Istiqomah
merupakan mesjid tertua di Tanjung Jabung Barat. Sejarah perkembangan Masjid
Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal tidak terlepas dari sejarah perkembangan
pemerintahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Menurut sejarah pemerintahan zaman
dahulu, perkembangan masjid itu tidak terlepas dengan tiga hal yaitu,
pemerintahan, pendidikan, dan masjid.
Pada
waktu itu daerah ini, bahkan seluruh daerah Pantai Timur Provinsi Jambi dihuni
oleh suku Laut yang masih beragam Animisme dan sedkit sekali suku Melayu yang
beragama Islam, namun baru nama, belum amaliyahnya. Sebab belum adanya sarana
ibadah, guru agama dan da’i. Kekosongan dapat di isi oleh suku Banjar yang
diantaranya terdapat guru-guru agama.
Sejak itulah bermunculan rumah ibadah dan madrasah dengan
bentuk yang sangat darurat dan sederhana sekali. Di Kuala Tungkal berdiri satu
masjid dan madrasah pertama kali didirikan di Parit III Kelurahan Tungkal II
Kecamatan Tungkal Ilir, untuk shalat jama’ah dan jumat. Kemudian menyusul
di Parit II Tungkal IV di dirikan sebuah Surau oleh suku Melayu. Namun beberapa
tahun berjalan timbullah perpecahan antara suku Banjar dan Melayu. Suku
Banjar mengelola Masjid di Parit III dan suku Melayu mengelola Surau di Parit
II. Perpecahan ini disebabkan oleh masalah khilafiyahan/furu’iyah, perpecahan
ini menguntungkan Pemerintahan Hindia Belanda pada waktu itu.
Untuk
menghindari perpecahan tersebut, maka tokoh ulama’ dan tua tengganai kedua
belah pihak mengadakan musyawara. Dicapailah mufakat bahwa akan dibangun sebuah
masjid besar yang terletak di antara kedua masjid tersebut sedangkan kedua
masjd tersebut diturunkan fungsinya menjdi surau.
Pada tahun 1940 tepatnya dibangunlah masjid besar tersebut
diatas tanah wakaf dari H. Badaruddin seluas + 107,7 M x 47,7 M namun
pemancangan tiang pertamanya baru dilaksanakan pada zaman Pemerintahan Jepang
pada tahun 1943 dengan bangunan berukuran 25 x 25 M pondasi tanah, tiang kayu
dan besi, dinding papan kapur, atap tingkat pertama genteng dan tingkat kedua
atap sirap, kubah serta mirhab beratap seng.
Masjid Agung Sebagai Pusat Penyiaran Agama Islam Karena
lokasinya berdampingan dengan madrasah Al-Hidayatul Islamiyah yang di dirikan
oleh KH. M. Daud Arif pada tahun yang hampir bersamaan dan pengelolaannya pun
orang yang sama. Maka masjid ini merupakan pusat penyiaran agama Islam di Kuala
Tungkal antara lain, Mengadakan pengajian Ilmu-ilmu agama, Tauhid, Fiqh,
Tasauf, tafsir, dan Hadits serta Qira’atul Qur’an secara terjadwal.
Mengadakan ceramah-ceramah agama ketempat-tempat lain,
rumah-rumah penduduk dan lainnya. Selain itu juga masjid ini juga Sebagai
Markas Pejuang Kemerdekaan.Masjid Agung juga difungsikan sebagai markas
kegiatan gerakan Kemerdekan RI membentuk barisan Hisbullah dan Selempang Merah
untuk Pemuda dan mengelorakan kemerdekaan bangsa.
Sehingga di kalangan jama’ahnya banyak yang menjadi pemimpin
dan anggota Barisan Selempang Merah dan banyak yang gugur dalam perang
kemerdekaan RI. Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal dalam sejarah
perkembangannya sudah mengalami renovasi atau perbaikan fisik bangunan di
berbagai bagiannya yaitu mulai serambi, tempat wudhu, toilet, kantor, ruang
perpustakaan, ruang rapat dan ruangan kantor MUI, kantor petugas dan
pagar.
Renovasi serambi kanan dan serambi kiri Masjid Agung
Al-Istiqamah Kuala Tungkal tersebut diselesaikan atau dibangun pada tahun 2002
M, dengan dana dari swadaya dan APBD Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar Rp.
497.071.000,- (empat ratus sembilan puluh tujuh juta tujuh puluh satu ribu
rupiah) termasuk renovasi tempat wudhu dan toilet.
Sampai sekarang Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal
terdiri dari ruang tempat shalat bagian dalam dan luar, serambi kanan, serambi
kiri, dan serambi depan, serta bangunan penunjang lainnya. Selain itu terdapat
style Arab pada beberapa kaligrafi dan mihrob yang berbentuk lengkung. Seperti
halnya masjid-masjid tua yang lain Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal
tidak terlepas dengan keberadaan menara. Sampai sekarang Masjid Agung
Al-Istiqamah Kuala Tungkal memiliki satu menara yang digunakan sebagai tempat
untuk tempat pengeras suara dan pemancar Radio.
B. Sejarah Pendidikan Islam di Kuala Tungkal
Pada awalnya Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan
islam tertua yang ada di Indonesia yang mewarisi tradisi intelektual islam
tradisional. Sebagai pewaris, sudah tentu tradisi pesantren memuat aspek kesinambungan
dan perkembangan, minimal dari tradisi sebelumnya mewariskan. Bak air curug,
tradisi terus mengalir dan berkembang sesuai dengan konteks yang menyertainya.
Disinilah ditemukan signifikasi penelusuran dalam kesinambungan dan
perkembangan dalam paparan sejarah.
Mungkin banyak orang lupa atau belum mengetahui kiprah PP
PHI itu sebenarnya ? untuk menjawab pertanyaan tersebut, menarik tentunya
meneliti kembali sejarahnya dengan sebuah pemikiran. Mungkin sejarah PP PHI ini
akan mengalami kesimpangsiuran. Memang sangat jarang sekali dilakukan
penelitian terhadap lembaga pendidikan ini, hampir tidak terjangkau, hanya
sedikit sekali literatur yang saya temui, itupun belum sesuai dengan porsinya.
Tidak banyak literatur yang saya temukan dalam sejarah pendidikan
islam di jambi khususnya dan sejarah pendidikan islam di Indonesia umumnya,
atau penelitian-penelitian dari perorangan dan intansi pendidikan. Sungguh
ironis, begitu jarang peneliti menuangkan waktu yang cukup untuk menelitinya,
dan sungguh sangat miris, PP PHI yang telah didirikan oleh K.H. M. Daud Arif
atau dikenal dengan “Guru Daud” yang bertindak sebagai “Founding Father” MHI
pada tahu 1936 silam, yang berumur setua ini, sudah terlalu banyak jumlah
alumninya yang tersebar ke berbagai penjuru, kurang diketahui keberadaannya,
karena tidak terjamahnya penelitian secara komprehensif.
Kalau kita bicara tentang sejarah bediri dan perkembangan PP
PHI, awalnya biasa-biasa saja, selanjutnya luar biasa, tampaknya kata-kata
itulah yang patut dilontarkan PP PHI, dan langsung berbesitlah dipikiran yang
tidak asing lagi ditelinga dan benak masyarakat kota kuala tungkal khususnya.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan provinsi Jambi umunya bahwa PP PHI adalah
salah satu Pondok Pesantren tertua di Tanjung Jabung Barat. Dan salah satu
Pondok pesantren tertua di Provinsi Jambi. Sekalipun demikian perhatian para
peneliti terhadap PP PHI berlumlah begitu lama dimulai.
Sejak pendirian PP PHI ini, memulai pendidikannya dengan
sangat sederhana yang mana didalamnya mengajarkan agama islam dengan
menggunakan kitab suci al-qur’an dan kitab-kitab yang memuat ilmu agama,
mengajarkan ibadah dan amal saleh, telah mengalami perubahan dari dalam dan
selanjutnya dikenal sebagai lembaga pendidikan islam dengan ciri khas
Indonesia.
Sebagai sebuah pondok pesantren, tentunya PP PHI sendiri
tentunya tidak terlepas dari kontinuitas sejarah yang seharusnya dapat difahami
dan diketahui oleh generasi sesudahnya. Dengan melihat sejarah masa lampau
tersebut, dapat diambil pedoman apakah lembaga pendidikan tersebut telah
melangkah maju dari masa dahulu ataukah semakin mundur. Meneliti pendidikan
islam di Kuala Tungkal, tentunya tidak terlepas dari peranan PP PHI, baik dari
pendidikan maupun usaha perjuangannya. Melihat kenyataan bahwa betapa Kuala Tungkal
yang mana mayoritas masyarakatnya Muslim telah berjuang dengan tulus dan ikhlas
mengabdikan diri untuk kepentingan agama disamping mengadakan perlawan militer
demi mempertahankan bangsa dan Negara.
Suatu realita yang tak terbantahkan lagi, bahwa PP PHI
adalah suatu pendidikan islam tradisional yang kemudian tampil dan berperan
sebagai pusat pendidikan, perjuangan dan penyebaran agama islam bagi pemeluknya
secara terarah sejak berdirinya yang mengalami pasang surut mulai dari
penjajahan belanda, jepang, revolusi kemerdekaan hingga zaman modern saat ini.
Begitu sukar mempertahankannya karena mengalami masa begitu pelik.
Tidak diragukan lagi, agama islam merupakan kontributor
perkembangan nasionalisme di Kuala tungkal. Dapat dikatakan islam dan
nasionalisme di Kuala Tungkal merupakan satu kesatuan yang erat saling mengisi.
Islam sebagian besar agama yang dianut masyarakat Kuala Tungkal sangat berperan
sebagai pendorong tumbuhnya pendidikan islam dan pergerakan-pergerakan nasional
di daerah ini, oleh karena itu mudah tumbuh dan berkembang karena banyaknya
anggota atau pengikutnya.
PP PHI sejak zaman pra kemerdekaan sampai sekarang ini,
sudah banyak amal baktinya kepada Nusa dan bangsa, Negara dan agama yang
mengisi perjuangan melalui berbagai aspek, selalu diikuti dengan ketekunan dan
ketabahan, sehingga segala perjuangan dan dedikasinya bisa didayagunakan oleh
masyarakat banyak. Kalau pada massa penjajahan Belanda masyarakat membangun
madrasah untuk menyaingi sekolah Belanda. Maka pada zaman kemerdekaan sekolah-sekolah
swasta tersebut justru menunjang sekolah-sekolah yang diselenggarakan
pemerintah.
Dalam perkembangan selanjutnya, karena dipengaruhi
perkembangan pendidikan dan tuntunan dinamika masyarakat, maka PP PHI-pun
menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah formal dan kegiatan lain yang
bertujuan untuk pemberdayaan potensi masyarakat yang bukan hanya disekitar
Kuala Tungkal dan Tanjung Jabung Barat semata-mata. Tetapi masyarakat diluar
daerah.
Institusi ini mengambil peran yang sangat strategis di
era sekarang ini sebagai tempat untuk mencetak santri yang mampu memahami
”kitab kuning” atau kitab salaf.
Disebut demikian karena pada umumnya kitab-kitab tersebut dicetak di atas
kertas berwarna kuning, atau “kitab gundul” karena kebanyakan tulisannya tidak berbaris
(harakat atau syakal), atau disebut juga dengan
“kitab kuno” karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dan panjang masa
penyusunannya hingga sekarang. Selain itu pula untuk mengantarkan para
santrinya memiliki keahlian yang tinggi dalam memahami substansi ilmu-ilmu
agama dalam khazanah klasik
itu. Selain itu juga diharapkan mampu memahami ”kitab putih”.
PP PHI merupakan Pondok Pesantren Type D yaitu pondok
pesantren yang menyelenggarakan sistem pondok pesantren dan sekaligus sistem
sekolah atau madrasah. Walaupun disebut sebagai pesantren kecil yang santrinya
hampir/kurang dari 1000 orang dan hanya berpengaruh pada tingkat kabupaten,
akan tetapi PP PHI mampu memberikan out-put
yang mampu bersaing, dan mengeluarkan abituren
madrasah yang berhasil menjadi orang yang menonjol atau menjadi tokoh di tengah
masyarakat, sehigga menimbulkan kesan baik terhadap pendidikan madrasah.
Sudah berdekade lamanya, dari ”perut” PP PHI inilah
banyak lahir tokoh-tokoh, yang memainkan peranan penting dalam khazanah intelektual keislaman
masyarakat Tanjung Jabung Barat mulai dari ulama tradisonal dan ulama modern.
Terdapat bukti-bukti sejarah bahwa tidak sedikit putra terbaik Tanjung Jabung
yang ditempa dari pesantren. Sebenarnya sejarah tersebut membutuhkan waktu yang
cukup panjang untuk diuraikan. PP PHI adalah cikal bakal banyaknya berdiri
pondok pesantren dan madrasah-madrasah Islam di Tanjung Jabung. Hal ini
disebabkan karena para kiyai dan ustaz pendirinya tersebut berasal dari PP PHI
yang tampil sebagai lokomotif
pertautan keislaman.
Sebutlah misalnya, KH. M. Ali Wahab (pendiri Pondok Pesantren al-Bâqiyât
ash-Sholihat parit gompong Kuala Tungkal), KH. Iskandar Akbar (alm) (pendiri Pondok Pesantren as-Sa'adah
al-Abadiyyah Parit II Kuala Tungkal), yang mana kedua pondok pesantren
inilah yang pastinya membawa perubahan yang selanjutnya mewarnai perkembangan
pendidikan Islam Kuala Tungkal, dan pondok pesantren lainnya, yang tentunya
bersama dengan PP PHI sebagai pondok pesantren induk. Selain kedua pondok
pesantren tersebut, tidak bisa dikesampingkan bagaima juga peranan
madrasah-madrasah dari cabang PP PHI itu sendiri, terlebih lagi
madrasah-madrasah yang didirikan oleh alumni PP PHI. Selain itu juga sederetan
kiyai-kiyai lainnya yang duduk di kursi legislatif, seperti KH. Abdullah Wahab
dan KH. Ahmad Hijazi.
Selain itu juga mampu memberikan out-put yang mampu bersaing menembus “pasar” internasional,
nasional dan regional. Sebut saja di antara mereka: H. M. Yamin, SH (Wakil Bupati Kabupaten Tanjung Jabung
Barat-Kuala Tungkal 2006-2011), H. A. Haris, P.hd (alm) (alumnus Temple University, Philadelphia,
USA, ”Dosen Terbang” berkaliber internasiona,l Direktur Pasca Sarjana IAIN STS
Jambi ------- ), Prof. DR. H. Ahmad Syukri, MA, (alumnus Institute of Islamic Studies McGill University Montreal
Canada, Direktur Pasca Sarjana IAIN STS Jambi 2009-2013), Mukhlash
Abrar, S.S (alumnus IAIN STS Jambi,
Dosen UNJA), dan H. Aulia Rahman (Hadramaut;
Timur Tengah) dan H. M. Zohiruddin, S.S (alumnus dan dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juara I MTQ
Nasional bidang khat (kaligrafi) yang “bermain” di kancah nasional).
Banyak lagi
nama-nama alumni dengan sederet prestasi lain yang banyak dan sukar untuk
diungkapkan karena terlalu banyak dan membutuhkan catatan yang cukup panjang
untuk menguraikan semua. Disini tidak akan dijabarkan berapa banyak prestasi
gemilang yang dicapai PP PHI, terlalu banyak jasanya dalam pembangunan Tanjung
Jabung ini.
Sangat banyak ungkapan-ungkapan sejarah dari mulut ke
mulut yang membicarakan tentang keikutsertaan PP PHI dalam usaha meninggikan
posisi pendidikan Islam Kuala Tungkal dengan menghadapi berbagai macam
tantangan yang begitu hebatnya meminta korban nyawa pelajar yang tergabung
dalam PP PHI. Hal tersebut tetap saja dihadapi dengan ketabahan dan tekad bulat
menegakkan kebenaran yang hakiki.
Akan tetapi sampai kini, masih sangat sedikit perhatian
yang dicurahkan generasi sekarang untuk mengupas tuntas perihal kontribusi PP
PHI dalam perkembangan pemikiran Islam Tanjung Jabung. Jadinya, diskursus intelektual pesantren
ibarat garapan yang terlantar. Pemerintah Daerah harus mengerti persoalan ini
dan selayaknyalah sudah memperhatikannya dengan memberikan reward atau bantuan yang dapat
meningkatkan tarap PP PHI.
Karena begitu minimnya perhatian apalagi penelitian
tentang bagaimana kisah PP PHI, melalui perjalanan panjang, yang pernah
berkecimpung bidang militer dalam perlawanan melawan penjajahan pada awal mula
berdirinya, sepak tejang para pendiri, tenaga pengajar (kiyai/ustaz), pelajar
beserta orang tua mereka dalam mempertahankan lembaga pendidikan PP PHI itu
sendiri. Sebenarnya umat Islam di Kuala Tungkal tanpa terkecuali PP PHI telah
banyak turut handil untuk kepentingan mempertahankan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Hal ini ditandai dengan perlawanan-perlawanan umat Islam yang
tergabung dalam PP PHI yang tegas-tegas menentang penjajah. Selain itu,
beberapa di antara komponen MHI ikut berperan dalam partai politik, seperti
Masjumi (Majlis Syuro Muslim Indonesia) pada tahun 1947, yaitu organisasi pederatif sebagai pengganti MIAI
(Majlis Islam A’la Indonesia) bentukan Jepang, sedangkan yang lainnya aktif
dalam organisasi sosial Islam lainnya.
Sebenarnya sangat banyak peristiwa sejarah, sebagian besar adalah peristiwa
lokal yang sebetulnya sangat bermakna tidak terungkap secara jelas atau tidak
mendapatkan porsi yang selayaknya dalam sejarah nasional. Sementara itu ada
peristiwa lokal di daerah tertentu yang terasa ditonjolkan sehingga terlihat
dominan dalam buku sejarah perjalanan bangsa, terutama peristiwa sejarah yang
terjadi di kota Jambi, sehingga seolah-olah Kota Jambilah yang mempunyai
peranan penting dalam panggung sejarah Indonesia, khususnya dalam bidang
pendidikan madrasah atau pondok pesantren di provinsi Jambi. Padahal, sejarah
pendidikan daerah Kuala Tungkal itu sendiri tidak terlepas pada masa perang
kemerdekaan 1945-1949 penuh dengan peristiwa heroik dalam mengusir penjajah
Belanda yang kandungan nilainya tidak kalah dengan peristiwa yang terjadi di
daerah lainnya di Indonesia.
Banyak hal yang membuat penulis tergugah untuk membukukan
sejarah PP PHI ini. Memang bibir terasa kelu untuk membicarakannya, lidah
terasa bisu untuk mengungkapkannnya, hati terasa lesu untuk menyampaiknnya,
tangan terasa kaku untuk menuliskannya. Setelah berapa tahun lamanya sejak
penulis hampir menjadi alumni MA PHI (pertengahan tahun 2001), setelah
mengalami persoalan yang merintangi, membuka hijab pikiran yang berkecamuk yang
telah lama tertutup rapat, maka tergetuklah hati penulis untuk segera
menyelesaikan penulisannya. Kemudian dilanjutkan (awal tahun 2009) walaupun ada
ketakutan banyaknya kesalahan dalam penulisan ini, tetapi penulis mencoba
memberikan yang terbaik. Latar belakang Itulah kiranya yang memunculkan
inspirasi mengapa penulis mengusahakan disusunnya buku ini karena bertalian
erat dengan sejarah pendidikan Islam Tanjung Jabung umumnya dan Kuala Tungkal
khususnya. Itulah mengapa, begitu disayangkan sekali, apabila ditinggalkan
walau sedikitpun tentang kisahnya.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Memasuki abad
ke-18 atau sekitar tahun1841-1855 tungkal dikuasai dan dibawah
pemerintahanKesultanan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin. Pada saat
itu pemerintah Kesultan Jambi Mengirim pangeran yang bernama Pangeran Badik
Uzaman ke Tungkal Yaitu Tungkal Ulu sekarang kedatangannya disambut baik oleh
orang kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah. Sedangkan sebelum abad ke-17
ditanah tungkal ini sudah berpenghuni sperti merlung, Tanjung Paku, Suban yang
dipimpin oleh seorang Damong. Jauh sebelum datangnya rombongan 199 dari Pariang
Padang Panjang yang dipimpin Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja
Johor. Pada awalnya Pondok pesantren
merupakan lembaga pendidikan islam tertua yang ada di Indonesia yang mewarisi
tradisi intelektual islam tradisional. Sebagai pewaris, sudah tentu tradisi
pesantren memuat aspek kesinambungan dan perkembangan, minimal dari tradisi
sebelumnya mewariskan. Bak air curug, tradisi terus mengalir dan berkembang
sesuai dengan konteks yang menyertainya. Disinilah ditemukan signifikasi
penelusuran dalam kesinambungan dan perkembangan dalam paparan sejarah. Tidak
banyak literatur yang saya temukan dalam sejarah pendidikan islam di jambi
khususnya dan sejarah pendidikan islam di Indonesia umumnya, atau
penelitian-penelitian dari perorangan dan intansi pendidikan. Sungguh ironis,
begitu jarang peneliti menuangkan waktu yang cukup untuk menelitinya, dan
sungguh sangat miris, PP PHI yang telah didirikan oleh K.H. M. Daud Arif atau
dikenal dengan “Guru Daud” yang bertindak sebagai “Founding Father” MHI pada
tahu 1936 silam, yang berumur setua ini, sudah terlalu banyak jumlah alumninya
yang tersebar ke berbagai penjuru, kurang diketahui keberadaannya, karena tidak
terjamahnya penelitian secara komprehensif.
B. Kritik dan saran
Dalam
penulisan karya ilmiah yang saya paparkan tidaklah luput dari
ketidaksempurnaan. Saya harapkan dari pembaca untuk memberikan kritik dan saran
guna untuk menyempurnakan karya ilmiah saya selanjutnya.
Daftar pustaka
Abdulhak, I. (2000). Pelaksana Inovasi Pendidikan. Dalam
Ishak Abdulhak, Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
http:/phi-kualatungkal.blogspot.com//PHI%20KUALA%20TUNGKAL%20%20SEJARAH%20PHI%20KUALA%20TUNGKAL%20%28BAB%20I%29.htm
Download
Download
Tidak ada komentar:
Posting Komentar