Sabtu, 01 Februari 2014

Belajar dari tukan becak penemu pukis

BELAJAR JUJUR PADA Pak Sabariman, TUKANG BECAK PENEMU PUKIS
(salah satu naskah dalam catatan “belajar dari orang-orang pinggiran”)
Membaca,mendengar, dan melihat berbagai kondisi dan berita di media di Indonesia, seringkali membuat saya tambah pusing.Apalagi berita-berita yang terkait dengan kebejatan moral orang-orang penting negeri ini, yang dengan seenaknya mereka rampok, atau dengan bahasa halusnya korupsi dan juga kolusi. Tambah pusing lagi memikirkan bahwa hukuman gampang saja bisa diatur, tergantung besaran suap, yang saat ini tak lagi cukup masuk amplop, tetapi harus diwadahi koper saking banyaknya.”Payah, tukang tangkap malingnya aja pinter maling…gimana bisa selesai kita mengurai benang kusut negeri ini”, gerutu seorang teman.
Sama seperti pagi itu, headline koran lokal Yogya juga dihiasi dengan berita pengadilan kasus-kasus korupsi nasional. Saya sampai malas lagi untuk membacanya, karena seringnya dan karena biasanya ujung-ujungnya juga vonis yang tak seberapa. Entah karena “koper uang “ tadi, atau pinternya si koruptor bikin alibi.Saya buka lembar-lembar koran halaman berikutnya.Iseng-iseng, saya baca surat pembaca.Hm, seperti biasa, kebanyakan orang nulis tentang kehilangan dompet, atau komplain atas layanan’’ instansi yang tak ramah.
Bosan dengan itu, hampir saja saya mengalihkan mata ke halaman samping. Tetapi sekilas saya melihat sebuah judul surat pembaca yang aneh “Menemukan Kue Pukis”.Tulisannya Cuma singkat, satu alinea saja.Ada ilustrasi bapak dan anak makan kue, dengan becak di latarbelakangnya. Aneh, saya jadi tertarik untuk membacanya.
“Saya seorang tukang becak. Pada Selasa 14 Oktober 2008, menemukan sebuah tas berisi kantong bertulisan kue pukis mang tosir. Isinya masih hangat. Terjatuh di jalan Ngasem, Yogya. Melalui rubrik ini saya mohonkan kepada yang merasa mempunyai untuk merelakan kue itu kami makan sekeluarga. Mudah-mudahan ridho. Dan saya doakan semoga Anda mendapat ganti rezeki yang banyak. Amin” (Sabariman,Jl Rotowijayan 3 Yogyakarta).
Allahu Akbar!Hari gini, masih ada orang, seorang tukang becak pula, yang memiliki akhlak luar biasa.Bayangkan, hanya menemukan sebungkus kue pukis, dia sampai menulis surat pembaca di koran, agar kue yang termakan keluarganya halal statusnya. Ia juga masih sempat mendoakan si pemilik kue, agar mendapat ganti rizki yang banyak. Ya Allah, Tukang becak ini bukan orang sembarangan .Ia pasti orang yang luar biasa.Bayangkan, jika yang menemukan orang yang biasa saja, alih-alih nulis surat pembaca minta dikhlaskan,mungkin orang lain akan nyeletuk: syukurin deh… salah siape kue begini dijatuhin. Ya udah ini rejeki yang nemu!
Saya jadi ingat ulama masyhur, Hasan Basri. Suatu saat, dalam kondisi kelaparan, ia duduk di tepian kali. Tiba-tiba lewatlah di depannya sebuah apel yang hanyut di sungai itu. Spontan, karena laparnya, Hasan Bari mengambil apel itu, dan memakannya. Selesai makan, dan perutnya lebih nyaman, barulah ia tersadar, apel yang ia makan belum jelas hak siapa. Sebagai orang yang sangat unggul akhlaknya, Hasan Basri jadi merasa berdosa. Ia takut apel di perutnya akan menyebabkan murka Allah padanya. Maka berjalanlah Hasan Basri melawan arus sungai, demi menemukan pemilik apel yang telah
ia makan tadi. Ia ingin minta keikhlasan pemilik apel tadi, supaya apel di perutnya mernjadi halal.Demikianlah seterusnya hingga Hasan Basri akhirnya menemukan si pemilik pohon apel, dan kemudian mengaku dosa bahwa ia telah memakan apel (yang mungkin juga cuma jatuh tanpa sengaja ke sungai)tanpa izin.Tak cukup itu, Hasan Basri minta pemilik pohon menghukum dirinya dalam bentuk apapun yang dimaui empunya pohon apel. Wah, sungguh kisah yang menginspirasi orang-orang yang ingion memperbaiki akhlaknya, (atau malah dianggap konyol bagi mereka yang bebal hatinya!)
Saya sendiri tidak yakin, pak sabariman, tukang becak penemu pukis itu pernah membacaa atau mendengar kisah ini. Tetapi saya yakin, ia adalah orang yang sangat bersih hatinya, luar biasa akhlaknya. Ah, seandainya saja para petinggi negeri ini mau belajar pada seorang sabariman….
 Silahkan download disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar